INSPIRASI; Dari SAMPAH jadi SUMPAH apik tenan

Fenomena sampah menjadi isu perkotaan yang sulit diatasi terutama sampah plastik yang proses penguraiannya memerlukan waktu sangat lama. Namun sesungguhnya sampah plastik merupakan sampah yang dapat didaur ulang menjadi barang yang berguna sehingga dapat mengurangi dampak lingkungan secara signifikan.

Masalah yang sangat pelik, mengingat volume sampah yang cenderung terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan permukiman serta keterbatasan lahan untuk pembuangan akhir. Untuk itu berbagai strategi diupayakan untuk dapat menanggulangi problem perkotaan khususnya sampah dengan pendekatan empowernment atau pemberdayaan masyarakat. Salah satunya gerakan kampung hijau di Kota Yogyakarta. Kita semua tentunya masih ingat dengan gerakan yang diinisiasi sejak tahun 2007 tersebut. Gerakan yang sebenarnya merupakan langkah awal menangani masalah lingkungan yang buruk di Yogyakarta terutama masalah sampah yang tidak terkelola dengan baik yang berbasis komunitas masyarakat. Masyarakat diajak berpartisipasi melestarikan fungsi lingkungan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah khususnya limbah plastik bukanlah hal yang mudah di Kota Yogyakarta. Butuh proses panjang untuk menyamakan frekuensi pikiran. Geografis lahan pemukiman tentunya mempengaruhi perilaku dan gaya hidup masyarakatnya.
Inspirasi muncul dari salah satu penggiat kampung hijau di RW 07 Surokarsan, Mergangsan ini. Di kampung ini nilai seni masyarakatnya sangatlah tinggi. Salah satunya seni lukis. Dan ternyata media kreasi mereka bukan hanya di lembar kain kanvas, namun dalam mewujudkan kampung nan bersih, asri, hijau lestari dan bermanfaat sampah plastik dari botol bekas minuman mereka sulap menjadi pot cantik yang tertata rapi tidak hanya menghias lorong-lorong sayurnya, namun sampai ke pintu rumah masyarakatnya. Bahkan bisa menjadi spot foto yang instagramable.
Tidak mudah mengubah kebiasaan dan cara berfikir masyarakat. Apalagi harus berhadapan dengan sumber daya manusia yang kurang peduli dengan lingkungan. Tingginya pendidikan seseorang tidak menjamin seseorang itu peduli lingkungan. Namun saat kita tanpa lelah gandeng gendong, bersama-sama dari mulai mengingatkan, mengedukasi, membuat, dan merawat, sampah bisa dikreasi menjadi sesuatu yang sumpah apiknya.