KEMANTREN MERGANGSAN DAMPINGI UPT BUDHI DHARMA LAKUKAN IDENTIFIKASI & BINA KELUARGA LANSIA

Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode bayi hingga lansia. Semua individu mengikuti pola perkembangan dengan pasti. Setiap masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan dan tidak bisa diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di awal perkembangan individu akan memberikan pengaruh terhadap tahap-tahap selanjutnya. Salah satu tahap yang akan dilalui tersebut adalah masa lanjut usia atau biasa disebut dengan lansia.

Lansia di Kota Yogyakarta menjadi salah satu prioritas sasaran pembangunan. Tak heran banyak program yang diinisiasi guna meningkatkan taraf hidup lansia. Sadar akan proses penuan adalah suatu proses menurunnya secara perlahan-lahan berbagai fungsi organ tubuh dan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dalam mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap adanya kerusakan serta infeksi yang dialami. Gangguan ini menyebabkan gangguan pada aspek biologis, psikologis, serta kemunduran tingkat sosial ekonomi, akan tetapi dengan kondisi tersebut keluarga maupun pemberi pelayanan harus tetep berupaya untuk memepertahankan kesehatan lansia dalam keadaan yang sehat, agar pihak lanjut usia tidak merasakan kesepian dan merasa tidak berdaya karena dalam memasuki usia lanjut akan menjadi lebih berat saat para lanjut usia menghadapi beberapa masalah.

Kamis, 22 April 2022 menindaklanjuti adanya laporan dari masyarakat yang hendak menitipkan lansia di keluarganya, Jawatan Sosial Kemantren Mergangsan dan UPT Budhi Dharma Dinsos Kota Yogyakarta melakukan kunjungan dan identifikasi keluarga lansia. GT (61th) warga Brontokusuman dan SHJ (75th) warga Wirogunan dilaporkan oleh pihak keluarga untuk mendapatkan pelayanan di Panti Jompo Budhi Dharma. Kondisi keduanya dalam keadaan sakit dan ekonomi yang lemah.

GT tidak memiliki keluarga dan selama ini tinggal dibawah naungan adiknya yang karena perbedaan nilai-nilai kadang menjadikan munculnya keributan di rumah tangganya. Ketidakharmonisan yang sering muncul dan kondisi ekonomi lemah inilah yang menjadikan alasan adik GT ingin menitipkan ybs ke panti Budhi Dharma.

SHJ bapak dari 3anak ini dulunya seorang miliarder yang mengalami bangkrut dan meninggalkan keluarganya dan tinggal di rumahnya sendirian. Istrinya meninggal 6tahun lalu, hubungan dengan anak sulungnya tidak harmonis sejak beliau pergi meninggalkan keluarga. 2tahun terakhir ini hidupnya ditopang oleh anak keduanya yang akhirnya harus berhenti berlayar karena covid19. Kondisi ekonomi yang semakin lemah dan kesehatan SHJ yang rentan mengharuskan Fajar anak nomor duanya kembali mencari pekerjaan agar bisa mengumpulkan modal untuk berlayar. Sayangnya niat tersebut terkendala dgn kondisi SHJ yang tidak memungkinkan ditinggal sendirian. Maka dia bermaksud menitipkan SHJ di panti Budhi Dharma.

Kedatangan tim mencoba melakukan pendekatan dan komunikasi sosial agar mampu menemukan solusi lain. Tidak ada pembenaran untuk mendorong optimalisasi panti jompo. Dukungan terhadap aktivitas itu malah bisa memicu sikap durhaka anak kepada orang tuanya bahkan putusnya tali kekeluargaan.
Tim melakukan pembinaan terhadap keluarga lansia bahwa pola asuh terhadap lansia berbeda dengan pola asuh terhadap anak ataupun remaja. Peran dan kehadiran keluarga tetaplah menjadi yang unit yang tepat dalam memberikan pelayanan terhadap orang tua di usia lanjut, dan mengoptimalkan nilai serta peran individu dalam keluarga. Padatnya pekerjaan ataupun kondisi ekonomi bukan alasan tepat untuk menitipkan mereka di panti. Bahkan mengingat kondisi panti di era covid yang semakin rentan bagi lansia yang ada didalamnya.

Dari kedua kasus tersebut, tim segera menjadwalkan mediasi dengan keluarga dan Pihak Kemantren akan mengkoordinasikan dalam FKDM Kelurahan serta meminta pendampingan psikolog puskesmas setempat.